Page

Minggu, 07 November 2010

Jakarta 20102010


Jakarta Ku hampa, sepeninggalan dari singgahmu. Kapan kau bertandang dan kembali meninggalkan ingatan?? Kapan kau tiba lagi membawa beribu keranjang rindu yang ranum untukku??

Jakarta Ku meratap, merepih dipenghujung malam bertiang langit dengan kelambu hangat yang kau titipkan tengah malam, sebelum pergi transmigrasi sesaat. Bagaimana nanti kalau aku mengigau dan berkelakar tentangmu?? Apa masih mau mendengar celoteh alam bawah sadar ku???

Jakarta Ku bernyanyi, dengan nada seadanya dan ritme syahdu. Entah ini gumam atau merdu?? Kota ini tidak ceria lagi, penduduk intinya serasa sembunyi. Bagiku sunyi meski lalu lalang seperti gaduh menabuh ujung genderang.

Jakarta Ku Jakarta Mu. Simbol kemerdekaan kita berpetualang, memenangkan banyak peluang, bebas bersulang kopi dikala Jum’at sore membiarkan kita larut dalam sua, hanyut dalam kata. Nampaknya kesempatan itu dicipta tiada habisnya bertukar rasa, barter cerita.

Jakarta memanggil Mu, Jakarta Merindukan Mu... berjam-jam, berhari-hari tapi enggan berminggu-minggu ia berdiri tegak menanti. Meneropong, memperhatikan dan memandangi gelagatmu....sudahkah berkemas dan bergegas untuk kembali kesini??

Jakarta Kita bermuram,  dilahan malam sambil memikirkan keberadaan mu yang masih menerka hari, kapan sempat untuk datang lagi? Mendurja pada asa sambil melihatmu sibuk memikirkan satu alasan untuk minggu yang akan datang, agar bisa lepas dan pergi kestasiun, agar  bisa bermukim lama dan bertahan di jantung wilayahnya. Kau dipikat keraguan akibat disekat oleh ketidaksetujuan.

Lihat Jakarta Mu, sebenarnya dia lusuh menenangkan kerusuhan dalam dirinya. Karena kamu mengingatnya, ingin menjumpainya dan benar-benar datang hanya saat jum’at sore tiba. Namun dia lah kota yang paling pengertian, kota yang selalu berjuang merakit kesabaran. Sehingga apapun keadaanmu, suasana hatimu, ketika kamu menginjakkan kaki di aspalnya, ia senantiasa menyambut dengan sempurna.

Jakarta Ku dan Jakarta Mu....berdoa bersama, menyamakan permohonan agar kau mengunjungi mereka tidak dalam jangka sebulan 4 kali saja. Menjama’ahkan munajat agar kau tidak menjauhi mereka, tidak memusuhi kepadatan peristiwa yang terjadi didalamnya, pada akhirnya kembali menetap dan tidak mendua pada kota lain.


Jakarta mengenang Mu, sumringah mengingat Mu, selalu tersenyum dan bijaksana padamu. Sampai kapanpun bertekad tetap menunggumu hadir. Ingin merasakan manfaatmu lagi dan kebaikan yang ditanam subur diantara pondasi. Gedung tinggi bukan ukuran, rumah mewah bukan kebanggaan, namun silaturahmi dan apapun yang engkau lakukan disana lebih dari takar materi yang rapi berjajar di pusat kota.

Jakarta itu  proyek pertama Mu. Disana kamu membangun banyak bangunan cinta yang mencakar langit.  Dirancang dengan hati yang rumit, dikelola dengan keunikan mimpi mu disetiap interior ruang imaji yang melandasi mulianya rangkap rasa.

Jakarta adalah gambaran Mu, masa lalu Mu, kini bias bayangan Mu dan Akhirnya akan menjadi dirimu.  Kapan kau akan benar-benar menjadikannya sebagai “masa kini” dan tidak mendua lagi?

Sebab ia adalah kota cinta. satu-satunya kota yang mencintaimu, sebagai naungan indah saat awal mula kau terjebak cinta. Nampaknya kau mencintai banyak warga didalamnya, dan pemukiman dimana kau merasa dicintai, bahkan  tempat kamu menggali kecintaan pada cinta dan belajar untuk lebih dari sekedar tau, siapa itu cinta............

0 komentar:

Posting Komentar

My Blog List.

My Followers

 

Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez